Beranda | Artikel
Mengingat Kematian
Rabu, 5 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin

Mengingat Kematian adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang  disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. langsung dari lapangan bola desa Lompio, belakang kantor desa Lompio, kec. Sirenja, kab. Donggala pada hari Kamis, 22 Robiul Awwal 1440 H / 30 November 2018 M.

Kajian Tentang Mengingat Kematian – Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.

Pembicaraan tentang mengingat kematian adalah pembicaraan yang penting dikarenakan beberapa sebab. Sebab yang pertama, mengingat kematian adalah pembicaraan yang berkaitan dengan beriman kepada hari akhir. Karena kematian adalah berkaitan dengan keimanan kepada hari akhir.

Apabila seorang penceramah, ustadz, panutan agama, ahli agama, ulama, kyai, atau siapa saja yang memberikan pelajaran kepada umat, maka pembicaraannya tidak lepas dari empat poin. Yaitu yang berkaitan dengan aqidah,  atau yang berkaitan dengan ibadah-ibadah praktis atau yang berkaitan dengan muamalah (hubungan sosial antar sesama manusia baik itu jual beli ataupun pernikahan, perjanjian, ketetapan), atau juga yang berkaitan dengan adab dan akhlak. Inilah 4 disiplin ilmu yang sering dibicarakan oleh para ahli agama.

Tema yang kita pelajari pada kesempatan kali ini adalah tema yang berkaitan dengan aqidah. Dari empat disiplin ilmu yang paling utama adalah yang berkaitan dengan aqidah. Karena aqidah adalah pondasi dasar dalam segala macam bentuk ibadah muamalah, adab dan tingkah laku. Aqidah bagaikan pondasi dalam sebuah bangunan. Bangunan ini tidak akan tegak tanpa pondasi yang benar. Begitu pula keislaman tidak akan tegak tanpa pondasi aqidah yang benar.

Disinilah letak pentingnya tema ini. Bahwa mengingat kematian sangat erat kaitanya dengan beriman kepada hari akhir. Dan beriman kepada hari akhir adalah bagian dari aqidah. Begitu rentetan ceritanya.

Tema mengingat kematian ini penting karena dia adalah bagian dari keimanan kepada hari akhir. Dan keimanan kepada hari akhir adalah bagian dari perkara aqidah. Dan perkara aqidah adalah perkara yang paling penting dibicarakan mengalahkan segala macam perkara-perkara ibadah, muamalah, tingkah laku. Karena jika aqidahnya rusak, maka muamalah, ibadahnya, tingkah lakunya tidak akan bermanfaat.

Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepadsa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

يَا رَسُولَ اللهِ، ابْنُ جُدْعَانَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ، وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ، فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ؟ قَالَ: ” لَا يَنْفَعُهُ، إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا: رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ “

“Wahai Rasulullah, Ibnu Jud’an itu di masa jahiliyyah biasa menyambung silaturrahim, memberi makan orang miskin, apakah itu akan bermanfaat untuknya?” Rasulullah menjawab, “Tidak wahai Aisyah, karena dia belum pernah sekalipun mengucapkan, “Tuhanku, ampuni kesalahanku di hari pembalasan.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Artinya dia tidak beriman. Artinya dia tidak mempunyai aqidah. Ini menunjukkan bahwasannya apabila seseorang beribadah, bermuamalah, berakhlak, beradab tanpa aqidah, maka tidak bermanfaat.

Maka dari itu, tema kita ini penting. Karena dia bagian dari aqidah, bagian dari keimanan kepada hari akhir dan keimanan kepada hari akhir adalah bagian dari aqidah.

Al-Mughirah bin Syu’bah radhiallahu ‘anhu berkata: “Kalian sering berbicara memperbincangkan kapan hari kiamat, kapan hari kiamat. Sesungguhnya siapa yang mati, mulai saat itu kiamatnya. Siapa yang dicabut nyawanya, mulai saat itu hari akhirnya.”

Inilah yang menunjukkan bahwasannya ada hubungan antara kematian dengan hari akhir. Ini menunjukkan bahwasannya seorang yang membicarakan tentang kematian berarti sebenarnya dia sedang membicarakan tentang hari kiamat. Siapa yang membicarakan tentang hari kiamat berarti dia sedang membicarakan perkara aqidah. Disitu letak pentingnya mengingat kematian.

Kemudian, letak pentingnya yang kedua yaitu karena seorang yang beriman ketika melihat tentang kematian maka berarti dia sedang membicarakan bagaimana bisa selamat dikehidupan setelah kematian? Ini adalah gaya hidup atau cara pandang orang beriman.

Orang beriman senantiasa berfikir bagaimana bisa selamat dikehidupan setelah kematian? Berbeda dengan orang kafir, orang kafir tidak pernah memikirkan kematian. Yang ada didalam benaknya bagaimana bisa hidup 1.000 tahun? Bagaimana bisa panjang umur? Bagaimana kalau bisa selama-lamanya hidup di dunia?

Lihatlah bagaimana cara berpikir orang-orang kafir tentang kehidupan dunia. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 96:

وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَىٰ حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَاللَّـهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ ﴿٩٦﴾

Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling rakus kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih rakus lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 96)

Ini gaya hidup atau cara berpikir orang kafir. Ingin lama hidup di dunia. Kalau perlu selama-lamanya. Kenapa? Karena mereka mengatakan tidak ada di kiamat. Tidak ada yang namanya hisab, tidak ada yang namanya kehidupan alam barzakh, mereka tidak ada  yang memikirkan hal itu. Berbeda dengan orang beriman. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al Quran surat al-Jatsiyah ayat 24. Cara hidup orang kafir:

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ ﴿٢٤﴾

Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jatsiyah[45]: 24)

Begitu juga Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al-Quran:

إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ ﴿٣٧﴾

kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi,” (QS. Al-Mu’minun[23]: 37)

Inilah cara berpikir orang kafir. Adapun orang muslim cara berpikirnya adalah mengingat kematian dan jangan lupa persiapan untuk kehidupan setelah kematian.

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh seseorang dalam hadits riwayat Imam Ibnu Majah dari sahabat Nabi Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu beliau bercerita, ‘Aku sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian datang seorang laki-laki lalu ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya:

يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ:(أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا). قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَكْيَسُ؟ قَالَ:(أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُوْلَئِكَ الْأَكْيَاسُ)

‘Wahai Rasulullah! Siapa orang Mukmin yang paling utama?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.’ Orang itu bertanya lagi, ‘Lalu siapa orang Mukmin yang paling cerdas?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menghadapi apa yang terjadi setelahnya. Mereka itulah orang yang paling cerdas.’” (HR. Ibnu Majah)

Sekarang Anda masih muda, itu yang harus Anda letakkan didalam diri Anda. Bagaimana saya bisa selamat setelah mati? Sekarang Anda berumur 40-an ke atas, sekarang lebih berpikir lagi Bagaimana saya bisa selamat setelah mati?

Sekarang Anda miskin atau kaya, pejabat atau rakyat, laki-laki atau perempuan, yang harus selalu ada dalam benak Anda adalah ‘Bagaimana saya bisa selamat setelah mati? Apa persiapan saya untuk kehidupan setelah mati? Begitulah perspektif hidup seorang muslim. Hal ini akan membuat pelipur lara bagi kita. Bagaimana saya bisa selamat setelah kematian?

Apa Itu Mati?

Mati secara bahasa disebutkan di dalam Kitab Lisanul Arab yang ditulis oleh Imam Ibnu Mandzur mengatakan bahwa asal kata al-Maut (kematian) didalam bahasa arab adalah diam. Segala sesuatu yang diam berarti dia mati. Maka anak-anak muda, termasuk didalamnya orang orang tua yang tidak menghasilkan prestasi ibadah, diam dalam prestasi, ini sebenarnya orang hidup tapi mati. Dia berjalan tapi tidak menghasilkan prestasi ibadah . Memiliki handphone dan aplikasi al-Quran di handphonenya tapi tidak pernah khatam satu bulannya. Ini adalah mati secara bahasa. Apa saja yang diam, maka itu mati. Yang tidak menghasilkan prestasi ibadah, maka dia mati.

Sedangkan didalam istilah syar’i disebutkan  oleh Imam Al-Qurthubi dalam kitabnya At-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umur al-Akhirah, beliau mengatakan, “Terputusnya hubungan ruh dengan badan.” Itulah kematian.

Kalau sudah kita pahami apa itu definisi kematian, maka bagaimana cara seorang muslim mengingat kematian? Ini yang kita ingin bahas.

Bagaimana Seorang Muslim Mengingat Kematian?

Pertama, menurut seorang muslim mengingat kematian adalah ibadah yang seorang berharap pahala darinya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi dihasankan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Al-Bani rahimahullah:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi)

Hadits di atas merupakan perintah dan asal huku perintah adalah kewajiban. Maka wajib  bagi seorang muslim untuk senantiasa banyak mengingat kematian.

Simak penjelasannya pada menit ke – 22:46

Simak dan Download mp3 Kajian Tentang Mengingat Kematian – Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.

Mari turut membagikan hasil rekaman ataupun link ceramah agama ini melalui jejaring sosial Facebook, TwitterGoogle+ dan yang lainnya agar orang lain bisa turut mengambil manfaatnya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalas kebaikan Anda.

Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com

Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :

Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv

mengingat kematian dalam islam, hikmah mengingat kematian, renungan mengingat kematian, mengingat masa kematian, kultum mengingat kematian, selalu mengingat kematian, keutamaan mengingat kematian, khutbah jumat mengingat kematian, pentingnya mengingat kematian, hadits tentang mengingat kematian, kata kata mengingat kematian, puisi tentang mengingat kematian, cara mengingat kematian, manfaat mengingat kematian, khutbah jumat tentang mengingat kematian, kultum tentang mengingat kematian, puisi mengingat kematian, kata bijak mengingat kematian, kata mutiara mengingat kematian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45371-mengingat-kematian/